Rabu, 04 Maret 2015

"LEMBAH DIENG PEMIKAT HATI"

MALANG - Siapa yang tidak mengenal Tempat Wisata Lembah Dieng menyediakan 2 tempat wisata sekaligus. Wisata yang berlokasi di Jalan Lembah Dieng ini memiliki panorama dan keindahan yang luar biasa.
Pada awalnya, sang pemilik; Wati mengaku tidak membayangkan bahwa usahanya akan berkembang pesat seperti sekarang ini. 
"Saya tidak menyangka, pada awalnya saya mencoba membuka usaha kolam renang dan kini saya membuka usaha pemancingan."
Tempat pemancingan yang buka mulai pukul 08:00 pagi sampai pukul 24:00 malam ini setiap bulannya menghasilkan omset sebanyak Rp. 8.000.000
Untuk Wisata Pemancingan, pengunjung, pengunjung dikenakan biaya Rp. 35.000 dan sudah bisa membawa hasil pancingannya secara gratis.

Sejauh ini, sudah banyak renovasi yang dilakukan Bu. Wati. Seperti pembangunan taman bermain dan disediakannya tempat untuk para pedagang/penjual makanan.
Ternyata hal itu tidak hanya berdampak pada pendapatan Ibu. Wati, pengunjung dan pedagang juga merasakan dampaknya. 
"Sangat menyenangkan, kalau dulu saya mau mancing agak susah karena anak-anak suka mengganggu, karena ada taman bermain sekarang mereka bisa bermain dengan bebas tanpa mengganggu saya." jelas Rudi, salah satu pengunjung Wisata Pemancingan Lembah Dieng.

Para pedagang pun merasa senang dengan renovasi tersebut. "Tentu saja senang, dulu hanya pakai bambu dan tempat seadanya. Kalau hujan bocor, kadang makanan sampai basah terkena cipratan air. Tapi sekarang karena sudah ada renovasi, atap pakai seng jadi lebih enak, bersih dan rapi." kata Bu. Hendri sebagai penjual bakso. 

Wisata Kolam Renang tidak kalah menarik denga wisata pemancingan. Kolam renang dengan kedalaman 50m-27,5m ramai dikunjungi. Banyak para atlet Malang yang berlatih di tempat ini. Dengan hanya membayar tiket masuk sebesar Rp. 15.000 dan pelajar Rp. 8.000 pengunjung bisa berenang sepuasnya.
Dan ketika pengunjung merasa lapar, tidak perlu merasa khawatir karena disana sudah disediakan restoran dan berbagai jajanan seperti gorengan, empek-empek dan snack ringan.
Dan tentunya dengan harga yang ringan dan pas di kantong.
"Lebih suka renang disini karena kolamnya selalu bersih dan kaporitnya sedikit. Makanannya juga enak dan murah."
Selain disuguhkan oleh pemandangan yang indah, kita juga disambut oleh beberapa ekor anjing yang memang sengaja dilepas dan berkeliaran di area lokasi wisata.
"Oh kalau itu memang saya suka anjing, dirumah masih banyak lagi anjingnya. Biasanya saya lepas dua anjing, tapi akhir-akhir ini cuma satu. Meski saya lepas, anjingnya jinak, tidak pernah sekalipun menggigit pengunjung." terang Bu.Wati.

Kedepannya, wanita satu anak ini berharap semoga usahanya semakin maju dan sukses.
"Kalau saya selalu berharap semoga usaha ke duanya (pemancingan dan kolam renang) bisa terus maju, ramai dan dikenal masyarakat luas. Saya juga akan terus melakukan renovasi dan pembangunan yang bisa membuat pengunjung merasa nyaman dan senang bila berkunjung." harapnya.




SEMUA BERAWAL DARI KATA "SUKA"

Bicara soal cita-cita, pasti semua orang mempunyai cita-cita. Ada yang ingin menjadi dokter, pilot, polisi, dll. Namun apa jadinya bila apa yang kita cita-citakan tidak sesuai kenyataan alias nyelempang? Hal itulah yang tengah dirasakan Anang Hidayat selama 8 tahun silam.
"Kalau boleh jujur, dulu saya pengennya jadi polisi. Namun karena ada suatu hal yang tidak bisa di torerir, akhirnya impian itu saya buang jauh-jauh." ujarnya.
Nanang, panggilan akrab anak tunggal ini; adalah seorang instruktur Aerobik Nasional. Cerita ini dimulai ketika Nanang sedang berolahraga disuatu sanggar olahraga, dan tiba-tiba dia melihat ada suatu jenis olahraga yang menarik pandangan matanya. "Jadi waktu itu saya lagi jalan mau pulang ke rumah, tiba-tiba saya melihat ada sekumpulan orang sedang olahraga tapi anehnya pakai musik dan gerakannya sangat energik. Jadi saya cari tau itu olahraga apa, ternyata namanya aerobik. Lalu saya tertarik, saya menekuni dunia aerobik dengan sungguh-sungguh. Dan akhirnya jadilah seperti saya yang sekarang."
Bicara soal olahraga, Nanang memang juaranya. Pria bertubuh kekar ini mengaku bisa semua jenis olahraga seperti Volly, Basket, Renang dan masih banyak jenis olahraga lainnya.
Namun dari semua jenis olahraga yang ada, hatinya tetap tertuju pada aerobik.
"Ya mau gimana lagi, awalnya saja sudah suka; jadi saya tekuni dengan serius. Dan keseriusan ini membuahkan hasil yang sangat luar biasa bagi saya dan keluarga. Saya bisa mengangkat derajat keluarga dan yang pastinya bisa membuat kedua orangtua saya bangga,"
Bicara soal prestasi, Nanang juga jagonya! Begitu banyak jenis medali yang ia miliki, mulai medali perunggu hingga emas; piala wilayah sampai piala nasional; dan ratusan piagam yang telah ia terima.
"Inilah kerja keras saya selama ini, tidak sia-sia. Selain itu, saya juga mendapat beasiswa sekolah aerobik di Australia. Dan berkat sekolah itu, saya mendapat lisensi dari Australia dan saya sekarang bisa punya tempat aerobik kecil-kecilan di rumah; dan tentu saja saya sudah bisa mengajar dimana-mana."
Namanya saja perjalanan hidup, tentu ada pasang surut. Namun hal itu tidak membuat Nanang cemas, takut ataupun khawatir.
"Kalau mau menyerah saya selalu ingat orang tua, ingat almarhum ibu yang paling penting" katanya. 
Nanang mengaku bahwa almarhum ibu adalah orang yang paling dia ingin banggakan. "Kalau ingat ibu kadang sedih. Karena saya sukses sekarang, tanpa adanya ibu"
Nanang berharap para anak muda bisa rajin berolahraga. Karena anak jaman sekarang terlihat sudah malas berolahraga. "Lha anak jaman sekarang disuruh olahraga aja susah, gitu minta sehat. Kan susah" ujarnya sambil ketawa.
Di sisi lain, Nanang berharap semoga olahraga aerobik tetap berjaya dan seluruh lapisan masyarakat bisa mengikuti pola hidup sehat dan panjang umur. 



Selasa, 03 Maret 2015

‘MALANG-NYA MALANG INI’

Malang, 14 Januari 2015 – Pada kenyataannya, di tahun 2015 ini wilayah persawahan di Kota Malang semakin jarang terlihat. Khususnya Wilayah Kecamatan Sukun.
Menurut Lilik Sukismowati, S.P selaku Menteri Pertanian dan Koordinasi Wilayah Sukun mengatakan, bahwa perkembangan sawah di Daerah Sukun sama sekali tidak mengalami perkembangan. “Kalau ditanya berkembang atau tidak, saya jawab sama sekali tidak. Mengapa bisa demikian, karena adanya pertumbuhan penduduk dan adanya pembangunan perumahan serta pertokoan.” tegasnya.
Sebagai Menteri Pertanian, beliau tidak bisa melakukan banyak hal melihat lahan sawah dikikis habis. Selain tanah tersebut milik pribadi dan menjadi hak pribadi, lagi-lagi masalah uang yang menjadi alasan utama.Terlebih, kesadaran diri dari pemilik lahan sawah untuk meningkatkan sadar lingkungan atau Go Green masih sangat rendah.
“Saya sangat tidak setuju dengan tergesernya lahan sawah dengan pembangunan dalam bentuk apapun. Karena tujuan Menteri Pertanian, menurut peraturan Presiden Joko Widodo; tujuan utamanya adalah memperdaya atau meningkatkan swasembada beras. Sebenarnya swasembada ini masih bisa dilakukan, asal tidak terjadi transaksi jualbeli lahan,” ujar Mantri Pertanian, Lilik Sukismowati, S.P.
Sebagai masyarakat, Kusumarina turut prihatin melihat hal ini. “Saya sebagai masyarakat biasa ikut sedih. Kasihan para petani yang menggantungkan hidup dari sawah dan menanam padi disana. Lagipula mau sampai kapan Indonesia impor beras dari luar negeri?” jelasnya.
Edi Basuki selaku petani, juga merasakan hal yang sama. “Sawah yang dijadikan perumahan atau pertokoan akan membuat masyarakat mengeluh, karena suasana atau cuacanya semakin panas. Para petani seperti saya, juga mengeluh. Kami mengeluhkan mata pencaharian kami diambil, kami bingung mau mencari nafkah darimana. Kalaupun harus mencari pekerjaan lain, saya sebagai lulusan SD bisa apa? Saya berharap kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan rakyat kecil seperti kami. Sediakan lapangan pekerjaan yang cocok dengan kemampuan kami”
Kita sebagai masyarakat, hendaklah sadar dan peduli lingkungan. Mulailah mencintai tanaman sejak dini, dan tumbuhkan dalam hati perasaan peduli dan cinta terhadap lingkungan. Niscaya, kehidupan antara manusia dan tumbuhan akan seimbang.
GABRIELLE EDREA (M.KOM1)/514022
"MALANG-NYA MALANG INI"

Kosentrasi Topik : Persawahan (Padi)
Narasumber         : Lilik Sukismowati, S.P (Mantri Pertanian dan Koordinasi Wilayah Sukun Malang)
                             : Edi Basuki (Petani )
                             : Kusumarina (Masyarakat)

*Wawancara dengan Lilik Sukismowati, S.P (L) dan saya (S)*

S :"Bagaimana perkembangan sawah menurut ibu?"
L :"Sama sekali tidak berkembang. Mengapa? Karena dibuat perumahan"
S :"Lalu kenapa ibu membiarkan hal itu (pembangunan) terjadi?"
L :"Karena di iming-iming uang. Meskipun masuk dalam program pemerintah, namun semuanya               tidak bisa di prediksi. Nyatanya banyak dibangun perumahan dan petaninya setuju saja. Selain itu dijual karena tanah tersebut milik pribadi dan dibeli dengan harga tinggi."
S :"Siapa saja yang setuju dengan transaksi jual beli lahan?"
L :"Ya yang pastinya pemiliknya. Kalau tanah pemerintah kota jelas tidak boleh."
S :"Apa pendapat ibu melihat fenomena seperti ini?"
L :"Tentu saya tidak setuju. Karena tugas dan tujuan kami, menurut Presiden Joko Widodo; adalah memperdaya swasembada beras. Beras dapat diperdaykan, asal transaksi jual beli lahan dihentikan."
S :"Lalu apa yang dilakukan Mantri Pertanian melihat hal ini?"
L :"Kita membangun sawah diluar Pulau Jawa, kalau di wilayah Sukun sudah tidak mungkin karena sudah tidak ada lahan lagi. Kalau alih komoditi dari tebu ke beras masih bisa."
S :"Begitu. Apa yang ibu harapkan dari kita sebagai anak muda?"
L :"Saya selalu berharap, tidak hanya masyarakat muda; namun seluruh lapisan masyarakat, bisa mencintai tanaman dari dalam hatinya. Dan mulailah menanam tanaman disekitar rumah. Kalau menanam sayuran dipekarangan, lalu panen; hasilnya kan bisa dijual."
S :"Bagaimana cara ibu mewujudkan harapan tersebut?"
L :"Saya selalu melakukan penyuluhan di PKK, Karang Taruna, dll."
S :"Pertanyaan terakhir untuk ibu, mengapa Mantri Pertanian harus ada?"
L :"Pertanyaan itu manusiawi. Kita sehari-hari membutuhkan apa? Makan kan? Nah sebagian besar dari tanaman. Misalnya sawi, bayam, dll. Sebenernya semua lebih mengarah pada kebutuhan. Itu saja kalau menurut saya."
S :"Oh begitu rupanya, terimakasih ya bu atas waktunya dan kesempatan yang telah diberikan kepada saya. Selamat siang."
L :"Sama-sama selamat siang."
"SULITNYA MENDISIPLINKAN MAHASISWA"

MALANG - Nampaknya, satpam STT-RRI Malang Kampus IV yang tidak mau disebutkan namanya ini; mengalami kesulitan ketika harus menerapkan sikap disiplin pada setiap mahasiswanya. "Betul-betul sulit. Banyak mahasiswa yang tidak tertib dalam berpakaian, termasuk lupa membawa KTM (Kartu Tanda Mahasiswa)" jelasnya.
Selain lupa membawa KTM, taman di depan kampus yang seharusnya tertib dan bersih, kini sudah disalahgunakan sebagai area parkir sepeda motor.

Petugas satpam tidak bisa berbuat banyak, hanya sekedar mengingatkan dan teguran yang tegas. Namun tampaknya hal itu hanya angin lalu.
Teguran hanya menjadi teguran dan tidak menimbulkan kesadaran dalam tiap pribadi mahasiswa.
Dalam hal ini, perlu adanya kerjasama antara mahasiswa dan pihak kampus itu sendiri.